Sunday, 19 July 2020

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 19, 2020 with No comments

SempakBERENDA - Siang itu disaat aku hendak lunch tiba-tiba telepon dari lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

"Hallo, selamat siang Martin," suara wanita yang sangat manja terdengar.

"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.

"Namaku Shella," kata wanita tersebut mengenalkan diri.

"Maaf, Mbak Shella tahu nomor telepon kantor saya dari mana?" tanyaku menyelidiki.

"Oya, aku temannya Silvani dan dari dia aku dapat nomor kamu," jelasnya.

"Ooo... Silvani," kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Silvani adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai' kehidupan sex aku. Situs Terbaik BandarQ Online 2020

"Gimana kabarnya Silvani dan dimana sekarang dia tinggal?" tanyaku.

"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu," jelas Shella.

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Shella yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Shella membuyarkan lamunanku.

"Hallo... Martin, kamu masih disitu?" tanya Shella.
"Iya... Iya Mbak... " kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Silvani yaa?" tanyanya menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Shella tuh," celetukku.
"Masa sih... Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda.
"Martin, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Shella.
"Boleh aja Mbak... Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu," jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Martin sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan," katanya.
 "Oke, sampai nanti Martin... Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Shella. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.



Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

"Maaf apakah kamu Martin?" tanyanya sambil menatapku. "Iy... Iyaa... Kamu pasti Shella," tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

"Silahkan duduk Shella," kataku sambil menarik satu kursi di depanku.

"Terima kasih," kata Shella sambil tersenyum. "Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?" tanyaku.

"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Martin ," jelasnya. "Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?" kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang 'menyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Shella adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Shella adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

"Shella , kamu kenal Silvani dimana?" tanyaku.

Silvani adalah teman chattingku di YM, aku dan Silvani sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.


"Emangnya Silvani menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih," tanyaku penuh penasaran.

"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh pengertian.

"Ooo, begitu... " kataku sambil manggut-manggut.

"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai," jelasnya tanpa aku tanya.

"Sebenarnya tadi Silvani juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng," jelasnya kembali.

"Memangnya Mbak Shella menginap dimana nih?" tanyaku penasaran.

"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H... "jelasnya.

"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.

"Ya sendirilah, Martin... Makanya saat itu aku tanya Silvani," katanya

"Tanya apa?" tanyaku mengejar.

"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta," katanya.

"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

"Jok... Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya. "Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian," kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H... Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Shella bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Shella menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Shella pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Fransiska (36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Shella pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.


Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Silvani dan kawan-kawan. Setelah itu Shella pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

"Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh... "

Sedangkan Fransiska menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Shella dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Shella pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Shella sedangkan Fransiska mencium bibir Shella agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah. "Jok... Akuu mauu keeluuarr."

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Shella, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Shella pun mulai mendesah nggak karuan.

"Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt... "

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

"Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh... "

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Shella yang menempel pada penisku, sedangkan Fransiska menghisap vaginanya Shella yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung masuk. Bless... Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.

Fransiska pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Shella mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

"Aaahh enak Mir... Terus Mir... Goyang terus Mir... Lebih dalam lagi Mir... Aaahh sstt"

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

"Mir... Aku... ingiin keeluuaarr"

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Fransiska pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Fransiska dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

"Ooohh... Martin... Geelli... " desah Fransiska.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Miranda dan Shella mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

"Aaahh enak sekali Jok... Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt... "

Fransiska pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

"Ssstt... Jok... Nikmat sekali... Ughh," rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Fransiska yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

"Martin... Gila banget lidah kamu... " rintihnya.

"Terus... Sayang... Jangan lepaskan... " pintanya.

Paha Fransiska dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Fransiska menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

"Oohh... Martin, aku nggak tahan... Ugh... " rintihnya. "Martin cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih," pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.


"Bleest... " kepala penisku menggoyang vaginanya Fransiska. "Aowww... Gila besar sekali Jok... Punya kamu," Fransiska merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Fransiska mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

"Martin... Jangan berhenti sayang... Oogghh," pinta Fransiska.

Fransiska  terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Fransiska membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

"Martin... Kamu... Memang... Jagoo... Ooohh," kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Fransiska seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Fransiska semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Fransiska.

"Martin... Terus... Sayang... Jangan berhenti... " Fransiska meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Fransiska untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Fransiska benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

"Martin... Aakuu... Kelluuaarr... Aaakkhh... Goyang sayang," rintih Fransiska.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Fransiska semakin tak terkendali.

"Jok... Ooo... Aaammpuunn," rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Fransiska. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

BACA JUGA : AKU DICULIK DAN DIPERKOSA OLEH 4 PRIA PERKASA

Fransiska yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Fransiska, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Fransiska.

"Ooohh... Martin... Kamu... Memang... Ahli... " katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Fransiska dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

"Fransiska... Vagina kamu memang enak banget," pujiku. "Kamu suka minum jamu yaa kok seret?" tanyaku.

Fransiska hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Fransiska dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Fransiska karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

"Fransiska... Aku mau... Keluar... "kataku mendesah.

"Aku juga sayang... Ooohh... Nikmat terus... Terus... " Fransiska merintih.

"Martin... Keluarin didalam... Aku ingin rasakan **an... Kamu... " pintanya.

"Iya sudah... Ooogh... Aaakhh... " rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Fransiska semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

"Martin... Aku... Aku... Ngaak kkuuaatt... Aaakhh" rintih Fransiska.

"Aku juga sudah... Ooogh... Siss," aku merintih.

"Crut... Crut... Crut... " spermaku muncrat membanjiri vaginanya Fransiska.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Fransiska . Setelah beberapa saat kemudian Fransiska membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

"Martin, ternyata Silvani benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa" kata Fransiska merintih. "Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja," kataku merendah. "Kamu luar biasa... " Fransiska tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Shella dan Miranda, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

"Ughh... Martin... " mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H... Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.

Monday, 13 July 2020

CERITA BOKEP PENGALAMAN DARI ANAK PERAWAN

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 13, 2020 with No comments
Cerita Hot Terpanas - Biasanya aqu memanggiilnya Keke adalah keponakan yg ketemu lgi beberapa bulan yg lalu (sekiitar September 2015) di Mataram. Sbg mahasiiswii salah satu Akademii Pariiwiisata terkenal di Jakarta, dia harus menjalanii studi praktek di salah satu hotel berbiintang di Lombok. Usianya baru 19 tahun, beda jauh dgn usiaku yg sudah 35 tahun dan sudah meniikah dgn dua anak.


Sekarang aqu menjalanii hiidup piisah ranjang dgn isteriku, sejak dia menyeleweng dgn rekan biisniisnya. Aqu membutuhkan kawan perempuan, tetapi tak suka gantii-gantii atau jajan. One women at a tiime, lah. Hubungan kamii berlangsung biiasa saja, kerana kamii hanya bertemu satu atau dua kalii sebulan, pada saat aqu melaqukan kunjungan kerja ke kota S. Rasanya senang punya saudara di tempat jauh.

Tetapi, lama kelamaan senyumnya iitu lho yg membuatku mabok kepayg. Ukuran tubuhnya yg relatiif (tiinggiinya hanya 155 cm) kekel pun merupakan iimpiianku, kerana aqu juga tak terlalu tiinggii (167 cm). Hubungan kamii sebenarnya mulaii sbg layaknya saudara, sampaii suatu harii saya telpon dan menyatakan keiingiinan saya untuk berhubungan lebiih seriius.

“Kapan Keke ke Jakarta? Aqu udah pengiin banget niih ketemu sama kamu.” tanyaqu sewaktu meneleponnya pada awal bulan yg lalu.

“Wah aqu nggak biias bolos, kecualii kalo hanya untuk satu atau dua harii. Aqu baru pulang nantii
bulan Januarii tahun depan. Jatah tiiket aqu untuk bulan-bulan iitu.” jawabnya,

“Kecualii kalo ada yg mau kasiih tiiket pesawat, hehehe.” Kesempatan niih, piikiirku.

“Giimana kalo aqu kiiriim tiiket? Mau kan? Tanggal berapa?” tanyaqu penuh harap.

“Giimana kalo akhiir miinggu ini? Tetapi jangan biilang sama orang rumah kalo aqu bolos lho!” piintanya mengiingatkan.

Benar saja, pada harii Jumat sepulang kantor kujemput dia di Cengkareng. Wow.., beda sekalii! Dia pakaii celana jeans biiru ketat, dgn kaos ketat menggantung, sehiingga pusarnya keliihatan. Dan, ya ampuun.., dgn kaos yg ketat iitu, terliihat dgn jelas betapa besar buah dadanya yg terliihat terlalu besar dibanding dgn badannya yg mungiil. Kutaksiir berukuran 36 lah.

Biiasanya dia pakaii pakaian sedikit longgar, jadi tak begiitu keliihatan. Gagang kemaluanku langsung bereaksii, tetapi lalu kutenang-tenangkan supaya cepat kendor. Belum waktunya.

“Giimana Ke, kiita makan dulu ya..?” Kamii langsung ke Plasa Senayan, makan sembari ngobrol di Spagetii House. Sesudah iitu, kamii langsung menuju di Horiison Ancol untuk meniikmatii waktu berdua kamii.

Sesudah ngobrol panjang lebar, kuliihat dia berjalan mendekatii jendela yg menghadap ke laut. Kuanggap ini sbg undangan dan lalu aqu mendekatii dan memeluknya darii belakang. Kurasakan buah dadanya menjadi lebiih kencang dan dipejamkan matanya. Kuciiumii lehernya dgn penuh gelora nafsu. Kulepas kaiitan BH-nya sehiingga dgn leluasa dapat kuraba dan kuremas. Ooh besar sekalii buah dada ini. Kubaliik badannya, kuangkat kaos mininya dan kuciium dan kulumat penuh gelora buah dada iitu. Sepertiinya iia baru pertama kalii pacaran sepertii ini.



“Haarhh.. malu niich..!” katanya, tanpa memiintaqu berhentii. Aqu menjadi semakiin beranii.

Celananya kubuka. Keke memberontak sedikiit, tetapi tak terlalu berartii. Kulepas semua pakaiiannya sehiingga dia telanjang bulat, sementara diriiku masiih berpakaiian. Putiih mulus tubuhnya kuniikmatii, kerana kamii tak mematiikan lampu. Kuciium seluruh tubuhnya yg berdirii tegak di depanku. Sepertii cakeng kepanasan, Keke menggeliiat dan mengerang. Seluruh badannya meriinding dan menggiigiil.

Sewaktu keuman dan jiilatanku sampaii ke daerah kemaluannya, Keke mengerang hebat sembari meremasii rambutku.

“Hegh.. Harrch.. Enak sekalii. Kakii saya lemes Harch.. tolong akhhu heh..!” erangan yg terdengar sangat merangsang bagiiku.

Sekalii-sekalii kuraba dan kuremas lembut buah dadanya yg menggunung iitu, sangatlah seksii dan merengsang berahiiku.

“Harch heehh please..! Aqu lemas sekalii niich.. auch..!” lenguhnya semakiin tinggi.

Aqu segera mengangkatnya ke tempat tiidur dan melanjutkan jiilatan-jiilatanku di daerah surganya. Tak terasa, sudah lebiih darii 10 meniit aqu memberiinya pengantar keniikmatan, seolah iia sudah sangat pengalaman. Sampaii akhiirnya, aqu terkejut kerana iia menjadi sepertii kejang, meremas kepalaqu dan menekannya ke kemaluannya.

“Harchh.. aqu mau.. augh..!” lenguhnya meniinggii.

Wow.., dia sudah orgasme. Ada sedikiit caiiran kental keluar darii kemaluannya, hangat dan niikmat. Dalam keadaan terengah-engah masiih kujiilat biibiir kemaluannya. Lenguhan-lenguhannya sepertii tak mau berhentii. Terkulaiilah wanitaku lunglaii sepertii tanpa daya. Kupeluk dan kuciium biibiirnya dgn mesra dan lembut. Aqu sengaja menahan dirii, untuk memberiinya kesempatan lebiih dulu.

Blonde day!!! Cute Naomi Woods how was your day beauty | Naomi ...


“Giimana Ke, enak..?” tanyaqu, “Kamu pernah sepertii ini sebelumnya..?”

“Aqu nggak tahu pastii bayganmu tentang diriiku, Har. Mungkiin kamu menganggap aqu perempuan murahan. Tetapi sungguh, ini pertama kalii aqu merasakan keniikmatan yg tak terlukiiskan.

Biiasanya, aqu hanya masturbasii saja. Aqu mau mempersembahkan keperawananku pada orang yg kukentaii.” jawabnya.

“Jadi kamu masiih perawan..?” tany aqu dgn heran.

“Ya, aqu masiih perawan. Dan aqu akan mempersembahkannya untukmu. Aqu sangat menkentaiimu, Har.”

Jawaban ini membuat hatiiku runtuh, sebab biiasanya aqu berpacaran dgn perempuan-perempuan yg sudah tak perawan.

“Keke aqu miinta maaf, tetapi sepertiinya aqu tak sanggup melanjutkan. Aqu belum mengatakan, giimana latar belakang dan keadaanku sebenarnya.” keiingiinanku untuk menjelaskan dipotong Keke.

“Har, aqu sudah tahu kok. Aqu tanya sama teman-temanmu di sana. Dan mereka memberii tahu apa adanya. Jadi, aqu sudah tahu dan siiap untuk menjadi madumu.” jawabnya dgn centiil sembari mencubiitku.

“Yg bener niih..?” tanyaqu sembari tertawa, bahagiia sekalii rasanya. Kutengok arlojiiku, sudah jam 11 malam.

“Kamu nggak mau pulang nengok Papa-Mama Ke..?”

“Kan sudah saya biilang, saya bolos dan kamu harus merahasiiakannya, Oke..!”

Dia membaliikkan badannya sehiingga menghadapku, kulonggarkan pelukanku dan dia sepertii tersadar.

“Lho.., jadi kamu tuh masiih berpakaiian to..? Ya ampun, malu niih..! Payah kamu. Ayo dong, kamu juga buka pakaian..!” Aqu segera membuka pakaian. Keke memandang dgn penuh rasa iingiin tahu. Tanpa sadar, burungku yg tegang sekalii ternyata sudah mengeluarkan caiiran beniing.

“Har, burungmu besar sekalii. Muat nggak ya..?” tanyanya sembari memandangii kemaluanku yg coklat kehiitaman.Ukurannya sebenarnya tak lah besar, tergolong kekel lah kerana hanya sekiitar 14 cm.

“Kok ada caiiran beniingnya siih..?”

“Ya iiya, aqu kan juga merasakan keniikmatan dgn memberiimu yg tadi iitu.”

“Har, kasiih tahu dong giimana aqu biisa memberiimu keniikmatan sepertii yg kurakakan tadi..!” piintanya.

“Learniing by doiing aja ya.” jawabku. Sesudah memberii tahu cara-caranya, aqu lalu rebahan. Masiih dgn sedikit canggung, Keke mulaii memegang, menggosok dan memiijat kemaluanku, juga buah zakarnya. “Ooh.. Keke, enak sekalii..!” gumanku meniikmatiinya. “Mulaii dikemut dong Sayg..!” piintaqu.

Keke dgn sedikit ragu memasukkan kemaluanku ke dalam mulut mungiilnya. Pada awalnya sedikit sakiit, kerana sesekalii terkena giigiinya, tetapi kemudian Keke menjadi lebiih piintar. Kuluman atas kemaluanku menjadi lebiih lembut dan niikmat sekalii.

“Kemut, jiilat dan raba semuah.. Ke..!” piintaqu kerana mulaii menanjaklah keniikmatan iitu. Kerana seriing kalii tak tahan, aqu menggoygkan bokongku. Sehiingga, jiilatan bagiian bawah buah zakar seriingkalii salah ke daerah sekiitar anus. Dia memejamkan mata, jadi dia tak tahu, tetapi aqu dapat merasakan keniikmatannya.

“Oougghh.., enak sekalii Ke..!” erangku tiiap kalii daerah duburku terjiilat.Pada awalnya aqu memang tak sengaja, tetapi kemudian sesekalii kupelesetkan kerana niikmatnya. Aqu belum pernah mengalamii keniikmatan ini darii perempuan mana pun. Keniikmatan mulaii memuncak dan aqu memiinta Keke untuk mengulum kemaluanku, kerana aqu sudah mendekatii puncak. Keke mengulum sembari menggerakkan kepalanya ke atas-bawah dan kadang memutar. Dan sampaiilah puncak keniikmatan iitu.

“Aauugghhrhh.. aqu keluarhh..!” erangku sembari meremas rambut Keke dan memegangnya erat supaya tak lepas. Keke terkejut kerana semprotan spermaqu yg kusemburkan aiir niikmat iitu ke dalam mulutnya, yg membuatnya menelan sembari gelagapan. Siisa spermaqu menetes darii mulutnya.

“Kenapa dikeluarkan di mulutku Har..?” Keke memprotes.

“Sama saja Sayang, kamu tadi kan begiitu juga. Enak kan..?” aqu meniimpalii sekenanya. Semula iia terliihat jengkel tetapi kemudian tersenyum, paham. Jam 12 malam sudah. Satu sama. Keke meliihat ke kemaluanku dan heran.

“Lho kok jadi kekel dan pendek. Tadi besar sekalii sampaii mulutku nggak muat..?”

“Ya iiya dong Sayg, kalo lgi bobok yg cuma 3 cm, tetapi kalo bangun jadi tambah besar, hebat ya..!”

“Trus kalo mau biikiin besar lgi, caranya giimana..?” Keke tanya sembari meremas-remas kemaluanku.

Naomi Woods | Naomi woods, Hotties, Naomi

“Kalo mau sedikit lama, ya giitu, diremas, diraba. Kalo mau cepet ya dikemut lgi.”

Dan tanpa dimiinta, Keke segera mengemut gagang kemaluanku, yg kemudian memang langsung membesar pada ukuran penuhnya. Aqu tak mau ketiinggalan, kubaliikkan badanku sehiingga kamii mempraktekkan posiisii 69. Keke sepertiinya menjadi bangkiit gaiirah dan melenguh-lenguh sembari mengulum gagang kemaluanku.

Sesudah kamii sama-sama penuh gelora dan napas kamii sudah tersengal-sengal penuh keniikmatan, Keke bertanya,

“Giimana lanjutnya Har..?”

“Kamu bener udah siiap..? Kamu nggak nyesel nantii..?” kutanya Keke kerana aqu sebenarnya mendua, iingiin menjaganya sekaliigus iingiin menuntaskan hubungan asmara kamii.

“Aqu kan sudah biilang. Aqu siiap untuk mempersembahkan keperawananku buat kamu. Jadi mulaiilah, giimana..?”

Mendengar jawaban ini, akal sehatku padam. Segera aqu berlutut di antara selangkangannya. Kutempelkan gagang kemaluanku ke kemaluannya. Menggesekkannya dan sedikiit menekannya.

“Ouuch Har.., enak sekalii..! Terusiin Har..! Aahh..!” lenguhnya mulaii merasakan keniikmatan.

“Keke, yg pertama ini sedikit sakiit, tetapi hanya sebentar. Kamu akan terbiiasa dan mulaii merasakan niikmatnya. Tahan ya..!” sembari kutelungkupii badannya yg mungiil iitu. Kuciium biibiirnya dgn penuh nafsu dan kusedot kuat-kuat. Kuciium dan kugiigiit-kekel putiing susunya. Keke mendesah niikmat. Kuciium lgi biibiirnya kuat-kuat. Dan sewaktu iitulah kutekan gagang kemaluanku masuk ke liiang senggamanya. Keke memelukku erat terhenyak. Pastiilah dia menahan sakiit.

Sesudah gagang kemaluanku masuk sepenuhnya, kubiiarkan iia di dalam, diam. Terus kuciium biibiirnya sembari kubuat kedutan-kedutan kekel di kemaluanku. Keke ternyata melaqukan refleks yg sama. Otot kemaluannya juga membuat kedutan-kedutan kekel, yg semakiin lama terasa sepertii tariikan-tariikan halus, menyedot gagang kemaluanku, seolah memiinta lebiih dalam. Aqu mulaii mengayun-ayun pelan dan mulaii kurasakan ujung kamaluanku menyentuh liiang rahiimnya. Oooh niikmat sekalii. Inilah alasanku, mengapa aqu selalu lebiih senang dgn perempuan bertubuh mungiil. Tubuh yg dapat memberiiku keniikmatan lebiih. (Tetapi kalo adanya yg tiinggii, ya nggak nolak, hehe..)

Ayunanku mulaii lebiih lancar dan beriirama. Keke sepertiinya sudah tak sakiit lgi. Atau barangkalii keniikmatan ini sudah mengalahkan rasa sakiitnya.

“Giimana Sayg, enak..?”

“Oouuh Har.., terusiin..! Lebiih keras.., lebiih cepat.. hegh.. ooh.. Har niikmat sekalii Sayg..!”

“Keke, nantii aqu semprotkan maniiku di dalam atau di luar..?”

“Terserah, apa pun yg membuat kiita niikmath hegh..!”

“Kalo nantii kamu hamiil giimana..?”

“Biiariin, biiariin, aauchh..!”

Kamii biicara sembari menggoyg badan kamii. Dgn refleknya Keke mengiimbangii setiiap sodokan dan goyganku. Kalo aqu cepat, dia pun mempercepat. Kalo aqu melambat, dia pun begiitu. Sembari menggoyangkan, kulumat biibiirnya, kusedot dan kugiigiit-giigiit kekel buah dadanya.

Saturday, 11 July 2020

CERITA DEWASA BERCINTA DENGAN CALON PENGANTIN BARU WANITA

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 11, 2020 with No comments

SempakBERENDA - Kisah Nikmatnya Memperkosa Calon Pengantin Baru Aku pernah berbagi kisah dengan teman-teman pembaca semua, dan aku akan melakukan hal yang sama sekarang untuk yang kedua kalinya. Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 1999 di bulan November, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat.

Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Nina **** (edited). Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.

CERITA DEWASA BERCINTA DENGAN CALON PENGANTIN BARU WANITA

Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.

“Aku pindah ke belakang ya..” kataku.

“Kenapa?”

“Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya”, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.

“Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah”, katanya polos.
Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba..

“Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu”, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.

“Don.. apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.

“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih
kuat. Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.

“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..!”

“Ehh.. iiya.. iyahh..” jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.

“Bawa ke Pinang Inn.. cepat!” bentakku lagi.

Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.

“Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti?” ancamku lagi sambil berganti posisi.

Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.

“Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup..” pesanku sesampainya di parkiran
Pinang Inn.
Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.

“Keluar..!”

Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.

“Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?”

“Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.

“Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar..”
Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.

“Jangann Don.. kumohon jangan..” pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.“Hei.. Nin.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..?” ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena
aku menamparnya cukup keras.

“Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah..”, ejekku kesenangan.

Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.

“Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh..” Nina sampai terduduk.

Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita.. munafik.”

“Ayo.. Nin.. ayo..” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Nina tidak bertindak ceroboh.



 Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.

“Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..?” olokku.

“Don.. jangannhh.. janganh..” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.

“Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati..” kataku sambil melanjutkan jilatanku.
Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.

“Oghh.. sshh..”

Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. “Sshh.. terrusshh..”
Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.

“Donnhh.. Donhh..” Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.

“Aduh.. Nin.. yang benar aja dong..” ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai
pundakku.

“Maaf.. maaf Donhh..”
Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami
berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.

“Don.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku..” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.

“Kamu masih perawan nggak?” tanyaku ketus.“Iyah.. masih..”

“Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi..”

“Ah..” dia tercekat.

“Don.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Don.. kumohon Don..”

“Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang..” kataku cepat sambil mendekatinya lagi.

“Don.. jangan.. kumohon..”

“Diam!”

“Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu..” ancamku.

Nina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.

“Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.

“Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini..” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik.

“Cuma itu?” tanyaku lagi.

Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.

“Ahh..” aku mengerang merasa nikmat sekali.
Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.

“Auhhgghh..”

“Jangan dilepas..” seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap. Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya.

“Oghh.. Ahh..” Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.

“Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh..” pintanya.
Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.


Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya.

“Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh..” serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.

“Sekarang waktunya Nin.”
Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya.

“Jangann.. kumohon Donh.. jangan..” serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.

“Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.”

“Oh ya? Kalau dari anus mau nggak?” tantangku.
Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.

“Yah.. terserah kamu Don..”

“Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.

“Nih.. pegang.. masukin..” Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.

“Don.. apa tidak ada cara lain?”

“Cara lain? Ada-ada saja kamu.. Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.

“Donn.. sakitt.. jangann..” rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun
tak peduli.

“Ayo.. dimasukin..” kali ini pisau kutekan lagi.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.
Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya.

“Sulit.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don..”

“Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu.

Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah.

“Augghh.. Ahh..” jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.

“Nin.. ludahin ke bawah.. yang banyak..” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.

“Ayo dicoba lagi..”
Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku.

“Ah.. Shh” Dan..,

“Oogghh.. aahh.. Shh..”
Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.

“Donnhh.. aku benci.. kaamu..”
Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.

“Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kamu.. shh.. oghh”,

Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. “Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..”

Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. “Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Don.. ahh.. uhh..” dia memukul dadaku keras sekali.

Baca Juga : Kisah Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur

Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat.

“Ahh.. ahh..” Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.

“Nikmatnya memek perawan kamu Nin..” kataku tersenyum senang.
Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati.

“Kamu puas sekarang.. bukan begitu Don?” ejeknya di sela tangisnya.

Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar. Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya.

“Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Don.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass..” katanya sambil mengangis
lagi.

Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai. Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas budi. Hehehe..

Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan.

“Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt”, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya.

“Donn.. enakhh.. nikmathh..”

Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. “Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. berhenti”, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. “Uhh.. sshh”, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.

“Donhh.. bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.
Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.

“Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh”, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.

“Don.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat..”

“Silakan.. saajahh..”
Kami berdua berbicara tak karuan.

“Oughh.. aihh.. sshh”, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.

“Donh.. kamu.. kamu..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Tiba-tiba.., “Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah..” serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan,

“Oughh.. oughh.. oughh.. oughh..” tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.

“Rasakan nihh.. bajingan.. shh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.

“Aduh..Nin..” pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.

“Don.. Don..” dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.

“Nin.. ahshh..”

“Donhh..”

Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.


“Don.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”

“Hutang apa?” tanyaku. Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.

Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.

“Ayo pulang..” ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.

“Nin.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu”, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam.

“Oke.. Nin.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi.”

Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi.

“Bye.. Nin..” Aku segera beranjak pergi.

Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya).


“Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku”, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.

Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya

Monday, 6 July 2020

CERITA SEKS & FILM NGESEKS DENGAN ADIK IPAR DAN ISTRIKU

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 06, 2020 with No comments
SEMPAK BERENDA - Jenny, adik iparku berdiri di sebelahku mengamati reaksiku akan rekaman video tersebut. Tampak jelas dia terluka dan marah. Dia menemukan rekaman video ini dalam laci yang tersembuni di meja kerja suaminya hanya beberapa jam yang lalu. Adegan di TV terus berjalan, aku berjalan menuju pantr di ruang sebelah dan menuangkan minuman ke dalam dua buah gelas. Jenny menerimanya tanpa sepatah katapun. Kami berdua meneruskan melihat rekaman video tersebut dalam diam.

Tampak jelas betapa usaha Bob dalam mengolah bentuk tubuhnya, tapi aku merasa senang karena betapapun hasil latihannya telah membuat otot tubuhnya menjadi besar dan kekar tapi itu tak membuat batang penisnya jadi lebih besar. Setidaknya aku masih lebih hebat dibagian itu. Tentu saja, Sherly terlihat menikmati apa yang didapatkan dari Bob terkecuali terhadap ukuran kejantanannya, aku cukup mengenal Sherly akan hal ini.


Isteriku mempunyai bentuk tubuh yang atletis. Dia rutin pergi ke gym dan selalu berusaha mengajakku ke tempat itu juga, tapi aku tak pernah punya ketertarikan dengan hal-hal semacam itu. Saat melihat adegan video tersebut, aku membayangkan apa mungkin hal tersebut akan mambawa perbedaan…

Jenny melangkah pergi untuk mengambil minuman, kupandangi dia, Jenny berumur 10 tahun lebih muda dari isteriku dan memiliki bentuk tubuh yang lebih montok dibandingkan kakaknya. Payudaranya juga lebih besar. Aku melihat perkembangan kedewasaan tubuhnya hingga menjadi seorang wanita muda yang cantik dalam beberapa tahun belakangan.

Dia dan Bob menikah dua tahun yang lalu. Sherly dan aku menikah jauh sebelumnya dan sekarang sudah memiliki 3 orang anak. Kami akan segera merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke duapuluh.

“Kamu tahu sudah berapa lama ini terjadi?” tanyaku begitu video tersebut berakhir. Sherly menggelengkan kepala.

“Mungkin sudah setahun lebih!” sambungnya ketus. Aku gelengkan kepala.

“Tidak, ini terjadi baru-baru ini. Kelakuan Sherly berubah aneh sejak sekitar bulan lalu dan sekarang aku baru mengerti sebabnya,” jawabku.

“Kakak kandungku sendiri!” kata Jenny dengan geram. Aku mengangkat bahu. Aku benar-benar tak bisa berkata apapun untuk membuat kenyataan ini menjadi lebih baik.

“Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya, tampak jelas nada kemarahan dalam suaranya.

“Aku belum tahu,” ku hela nafas. Aku masih sangat terguncang untuk dapat berpikir jernih.

“Abang belum tahu?” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangkat bahu kembali.

“Kakakmu dan anak-anak sedang berakhir pekan di rumah pantai dan kakek nenek mereka juga ikut di sana. Aku rasa aku butuh waktu 24 jam untuk membuat keputusan drastis.”

“Well, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan!” potong Jenny. Kupegang kedua bahunya dengan tanganku untuk meredakannya.

“Bukankah Bob sedang diluar kota sekarang ini?”

“Ya,” jawabnya, tapi segera menambahkan dengan nada marah sebelum aku mampu melanjutkan, 

“Mungkin sekarang ini dia sedang meniduri wanit lain lagi!”

“Aku rasa tidak,” jawabku sambil menggelengkan kepala.

“Apa?”

“Dengar, aku cukup mengenal Bob dengan baik dan dia bukan tipe lelaki yang suka main perempuan,” kataku, meskipun sadar betapa menggelikannya penjelasanku ini.

“Kamu pasti bercanda,” tukas Jenny. Aku hanya mengangkat bahu.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tak percaya kalau Sherly dan Bob sengaja melakukan ini.”

“Itu kan sudah terlihat jelas di video itu!” teriak Jenny.

“Apa ada kelakuan Bob yang aneh akhir-akhir ini? Aku tahu kalau sekarang ini Sherly sedang mengalami puber kedua. Dia baru saja memasuki usianya yang ke tiga puluh sembilan dan perasaan akan berumur empat puluh di tahun depan sangat membuatnya resah.”

“Itu bukan alasan!”

“Aku tidak bilang ini suatu alas an, tapi aku rasa itu bukan bagian dari penyebabnya,” jawabku. Jenny menatapku dan menggelengkan kepala, tapi kemudian dia menarik nafas dan kelihatan agak sedikit mereda emosinya.

“Sudah satu tahun kami mencoba untuk mendapatkan seorang bayi, tapi belum juga beruntung. Aku tahu itu sangat mengganggu Bob,” jelasnya sambil menggosok kedua lengannya, tapi kemudian ketenangannya sirna dan matanya berkilat marah, “Itu juga sangat menggangguku, tapi aku tidak lari dan tidur dengan salah satu saudaranya!”

“Kamu benar,” jawabku, coba menenangkannya. “Tapi aku masih merasa kalau kita butuh waktu beberapa hari untuk berfikir sebelum membuat keputusan besar.”

“Baiklah! Mungkin abang benar, tapi aku merasa itu tak akan membantu,” tukasnya, Rasa sakit dan marahnya terlalu besar untuk ditahannya.

“Besok malam kamu kembali saja kemari dan kita bicarakan lagi,” tawarku. “Sebelum itu kita berdua punya waktu untuk menenangkan diri.”

Jenny terlihat tidak puas, tapi dia mengangguk setuju. Dia mengeluarkan video tersebut dari dalam player dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Aku berharap dia tidak melakukan suatu tindakan yang bodoh sampai dia merasa tenang.

Kuputuskan untuk mandi, aku merasa kotor. Aku pergi ke kamar mandi, menyetel suhu air panas dan melihat pantulan bayanganku di dalam cermin. Kamar mandi ini mulai terisi uap panas saat kutatap mataku. Ini akan jadi sebuah malam yang panjang dan aku merasa ragu akankah berangkat kerja besok pagi.

Jenny dating ke rumahku malam berikutnya. Dia terlihat lebih kurang tidur dibandingkan aku, tapi setidaknya dia terlihat jauh lebih tenang dibandingkan kemarin.

“Jadi, apa keputusan abang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi. Aku mengangkat bahu.

“Apa ini tidak membuat abang marah?” tanyanya gusar.

“Tentu saja ini membuatku marah, tapi aku tetap tak bisa merubah apa yang sudah terlanjur terjadi.” Kenyataannya adalah aku lebih merasa sakit karena dikhianati dari pada kelakuan mereka.

“Astaga, aku benar-benar heran dengan abang? Aku akan minta cerai pada Bob! Abang juga mestinya menceraikan Sherly!” kata Jenny. Aku gelengkan kepala, aku sudah punya keputusan sendiri.

CERITA SEKS & FILM NGESEKS DENGAN ADIK IPAR DAN ISTRIKU

“Itu tak akan terjadi. Kakakmu Sherly dan aku punya tiga orang anak. Kami sudah berumah tangga hamper dua puluh tahun,” kutarik nafas, lalu melanjutkan, “Aku sangat mencintai kakakmu, dan perbuatannya dengan Bob tak akan mampu menghapus cinta itu begitu saja. Aku merasa sakit dan aku akan mencari tahu kenapa dia merasa harus mengkhianatiku, tapi aku tak akan menceraikan dia.” Jenny menatapku tajam.

“Abang akan memaafkannya,” tanyanya tak percaya. Aku mengangguk. Jenny menggelengkan kepalanya, air matanya mulai keluar. Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku dan dia mulai terisak. Ini berlangsung untuk beberapa saat lamanya hingga akhirnya dia dapat mengendalikan diri.

“Aku rasa aku tak akan bisa memaafkan Bob,” akhirnya dia berkata.

“Jenny, apa kamu benar-benar ingin berpisah dengan Bob?” tanyaku. Sejenak dia ragu sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

“Tapi aku tak bisa membiarkan begitu saja perbuatannya,” jawabnya lirih.

“Ayo kita ambil minum dulu,” tawarku. Dia mengangguk setuju.
Gelas yang pertama terasa hanya untuk membasahi tenggorokan saja. Gelas yang ke dua baru terasa pengaruhnya. Aku bilang ingin pergi ke kamar mandi sebentar saat jenny menuangk minuman pada gelas ketiganya. Ketika aku keluar dari kamar mandi aku mendapati dia melihat rekaman video tersebut lagi. Aku menghela nafas, menghampirinya untuk mematikan TV.

“Kamu tahu kan, ini tak akan membantu,” kataku. Di menghela nafas. Kami meminum gelas ketiga dalam diam. Kali ini giliran Jenny yang pergi ke kamar mandi saat aku menuang gelas yang keempat. Aku masih belum merasa mabuk, tapi rasa sakit di hati sedikit terasa hilang.

Jenny keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahku. Segera saja aku menyadari ada sesuatu yang berubah. Pertama, Jenny terlihat sudah mengambil sebuah keputusan. Yang kedua, tak mungkin rasanya kalau tak melihat kalau beberapa kancing bajunya yang atas terbuka dan dia tak lagi memakai bra. Aku dapat melihat jelas putting payudaranya dari balik blouse-nya.

“Jenny, apa yang kamu lakukan?” tanyaku bingung.

“Aku akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa mempertahankan pernikahanku setelah 
pengkhianatan Bob. Aku akan meniduri abang,” jawabnya. Aku baru saja akan memprotesnya, tapi dia sudah langsung melumat bibirku. Disamping itu, kalau mau jujur, meskipun aku memutuskan untuk memaafkan Sherly, aku juga sama terlukanya dengan Jenny. Meniduri Jenny, benar atau salah, mungkin saja akan menolong. Aku merasa sangsi kalau ini akan bisa menyakiti mereka.

Dalam sekejap saja kami sudah tak berpakaian lagi dan aku terkejut melihat buah dada Jenny bahkan lebih besar dari yang pernah kubayangkan. Ukuran payudara Sherly breasts sekitar B cup. Tapi menurutku putingnya yang mesar mencuat itu terlihat seksi pada ukuran payudaranya.
Payudara Jenny yang jauh lebih besar dibandingkan isteriku tampak sangat menggiurkan. Mungkin ukurannya C cup, tapi sangat pasti kalau ini adalah ukuran full C cup. Putingnya tidak sepanjang punya kakaknya, tapi lebih gemuk. Dia tersenyum memergoki aku yang terpana melihat dadanya.

“Ini milikmu sepenuhnya,” kata Jenny sambil menyangga kedua buah dadanya dengan kedua tangannya sekaligus meremasnya menggoda. Kuhabiskan gelas keempatku dan segera membenamkan wajahku ke dalam dua bongkahan daging kenyal didepanku. Tangan Jenny bergerak ke bawah untuk meraih batang penisku.

“Wah, punya abang besar sekali!” katanya, gairahnya terdengar besar dalam nada suaranya. Aku bergerak turun menelusuri lekuk tubuhnya, melewati perutnya dan mulai menyapukan lidahku pada bibir vaginanya.

Dia segera bersandar pada dinding di dekatnya dan memegangi kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendesah. Segera saja tubuh Jenny mulai tergetar ketika aku konsentrasi pada kelentitnya. Langsung saja dia meraih orgasme pertamanya dan aku harus menyangga tubuhnya sebelum dia jatuh. Lalu kugendong dia menuju ke kamar tidur.

Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, Jenny menjulurkan kedua lengannya ke depan menmintaku untuk segera naik. Aku merangkak menaiki tubuhnya dan memberinya sebuah ciuman yang dalam. Nafasnya tercekat saat ujung kepala penisku menemukan jalan masuk ke dalam vaginanya.

“Kamu yakin mau melakukan ini?” tanyaku. Dia mengangguk.

“Kakakku, isteri abang, meniduri suamiku. Aku rasa baru adil kalau aku menyetubuhi abang di atas ranjangnya sendiri. Ini cara untuk membalas kelakuan Bob dan Sherly diwaktu yang sama,” nada amarah terdengar dalam jawabannya, tapi dia kemudian tersenyum dan menambahkan, “Lagipula, aku tak akan melepaskan begitu saja setelah melihat ukuran penis abang ini.” Kemudian segera saja lenguhan nikmat terlepas dari bibirnya saat dia menggunakan kakinya untuk menarik tubuhku ke arahnya.

“Aku merasa sangat penuh!”
Batang penisku hanya baru masuk 3/4nya saja ke dalamnya. Kudorongkan lagi, tapi dia merintih kesakitan. Aku coba hentikan, tapi dia tidak mengijinkanku. Nafasnya tersengal terdengar antara menahan deraan nikmat atau sakit, dan dia terus mengguna kan pahanya untuk menarikku semakin erat. Bahkan tangannya mencengkeram pantatku dan menariknya dengan keras hingga seluruh batang penisku terkubur dalam lubang anusnya.

“Oh mami!” teriakan lepas keluar dari bibirnya saat aku berhasil membenamkan batang penisku seluruhnya. Aku diamkan tanpa bergerak agar dia terbiasa dengan ukuranku.

“Ayo bang! Setubuhi aku!” akhirnya dia berkata dan memang itu yang segera akan aku lakukan. Pada awalnya secara perlahan kukeluar masukkan, tapi atas desakan Jenny segera saja aku menyentaknya dengan keras dan cepat. Langsung saja orgasme kedua diraihnya dan tanpa henti. Aku piker dia akan pingsan saat teriakan nikmatnya terdengar keras sekali.

“Jenny, aku hamper keluar!” teriakku. Dia mendorong tubuhku berganti posisi hingga dia berada diatas dan mulai menunggangi batang penisku.

“Lakukan, bang! Isi rahimku dengan benih abang!” ucapnya semakin membakar gairahku.

“Tapi, kita tidak pakai pelindung!” kataku ragu. Tapi keraguanku malah semakin membuat pantulan tubuhnya semakin keras saja dan tak ayal aku langsung keluar jauh di dalam rahimnya. Kusemburkan begitu spermaku ke dalam vaginanya hingga meleleh keluar pada pahanya seiring pompaan naik turun tubuhnya di atasku.

Kami berdua rebah tak bergerak dengan tubuhnya yang masih menindihku untuk beberapa waktu. 
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan diam.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku khawatir tapi dia malah tertawa.

“Aku merasa sangat ehmm…! Saat ini, aku tidak tahu apakah akan meninggalkan Bob dan tak akan bicara dengan Sherly lagi ataukah aku mestinya berterima kasih pada mereka. Abang sangat menakjubkan,” katanya. Aku tertawa dan menurunkan tubuhnya dari atasku.

“Aya mandi, aku sangat ingin bermain lagi dengan dada montokmu ini,” Kataku sambil meremas buah dadanya lalu menggamit tangannya. Kami bawa serta gelas minuman yang kosong, mengisinya lagi untuk yang terakhir kalinya sebelum bergandengan tangan masuk ke kamar. Lansung saja kami habiskan gelas terakhir kami setelah mengatur suhu shower. Tawa riang tak hentinya keluar dari bibir kami saat air hangat mulai turun membasahi kedua tubuh berkeringat kami.

Kusabuni dada montoknya dan menghabiskan setidaknya sekitar sepuluh menit meremasinya. Disaat yang bersamaan dia juga menyabuni batang penisku. Begitu penisku kembali mengeras, aku bergerak ke belakang tubuhnya, masih tetap meremasi buah dadanya. Aku mulai menciumi lehernya dan batang penisku kugesekkan pada celah bongkahan pantatnya. Penisku masih berlumuran sabun sehingga dengan mudah melesak masuk.


Saat bibir kami saling melumat dalam ciuman yang dalam, kepala penisku terdorong masuk ke dalam lubang anusnya. Jenny merenggangkan pahanya dan penisku melesak masuk dengan sendirinya seakan punya maksud sendiri, Aku terkesiap dan berusaha menariknya keluar.

“Sorry! Ini masuk begitu saja…” aku berusaha menjelaskan, tapi Jenny malah menyeriangai lebar dan mendorong pantatnya ke belakang membuat kepala penisku semakin menyelam ke dalam lubang anusnya. Aku mengerang keenakan.

“Jangan bilang kalau kak Sherly tidak pernah mengijinkan abang melakukan anal seks?” tanyanya menggoda.

“Tidak, tidak pernah,” jawabku.

“Baiklah kalau begitu, kalau abang mau abang boleh merasa bebas menyetubuhi anusku semau abang!” katanya manantang dan bagai api yang disiram minyak, langsung saja aku lesakkan batang penisku jauh ke dalam lubang anusnya.

Kedua tangannya terjulur kedepan pada dindning untuk menahan tubuhnya yang terguncang dengan keras oleh sodokanku. Buah dadanya yang montok terayun menggoda, membuatku dengan segera bergerak meremas keduanya. Tapi tanganku langsung beralih untuk mencengkeram pinggulnya untuk menjaga keseimbangan kedua tubuh kami karena ayunanku.

“Ya! Terus bang! Dorong penis abang ke dalam anusku! Makin dalam bang!” teriak Jenny dalam kenikmatan. Salah satu tangannya masih menahan tubuhnya pada dinding sedangkan yang satunya lagi mulai bergerak kea rah selangkangannya.

“Yes!” teriaknya saat aku semakin keras mengayunkan batang penisku semakin ke dalam. Dapat kurasakan otot pantatnya yang mulai mengencang saat dia menggesek kelentitnya sendiri. Tak mampu lagi kutahan, kulesakkan seluruh batang penisku terkubur seutuhnya dalam cengkeraman lubang anusnya dan kembali, sekali lagi aku keluar dengan hebatnya. Sentakanku yang terakhir membuat kaki Jenny benar benar terangkat dari lantai kamar mandi karena kerasnya. Dan hal tersebut membuat Jenny bergabung bersamaku dalam ledakan orgasmu sejenak kemudian.


Kami berjalan berpelukan dengan sempoyongan keluar dari kamar mandi menuju ke kamar tidur kembali. Aroma seks tercium sangat pekat di dalam kamar dan kami kesulitan untuk menemukan area sprei yang kering di tempat tidur.

“Kamu benar-benar liar!” kataku.

“Ternyata balas dendam itu rasanya jauh lebih manis dari yang kudugatimpalnya dengan tersenyum puas. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Dia benar benar wanita muda yang penuh amarah, tapi… apapun itu adik iparku ini benar benar sangat menggairahkan!
Jenny merapatkan kedua daging payudaranya yang kenyal menjepit batang penisku dan mengocoknya begitu batangku mengeras lagi. Dia masih asik melakukannya ketika tiba-tiba saja Sherly berjalan masuk ke dalam kamar tidur…!!!

“Jenny! Teganya kamu?” teriak Sherly terdengar hamper menangis, tapi Jenny Cuma tersenyum sinis.

“Teganya aku? Kakak pasti bercanda! Coba kakak periksa rekaman video di bawah. Itu rekaman perselingkuhan Bob dengan kak Sherly,” balas Jenny said lalu kemudian dengan mata menatap kea rah kakaknya, dia memasukkan batang penisku hingga ke batangnya.

“Anak-anak mana?” tanyaku merasa tak nyaman. Aku coba untuk bergerak, tapi Jenny tak membiarkanku. Dia ingin agar Sherly melihat aksi kami berdua.

“Kutitipkan di rumah mami. Aku mau memberimu kejutan ‘a night out alone’,” jelasnya, nampak jelas rasa kecewa dan terkejutnya.

“Nah, aku rasa yang terkejut sekarang adalah kakak. Apa kakak benar-benar berharap kalau rekaman itu tak akan diketahui oleh siapapun?” Tanya Jenny. Sherly menggelengkan kepala.

“Kakak keliru,” kata Jenny, lalu menambahkan dengan nada sinis, “Nah, sekarang impas kan?” tangis Sherly benar-benar pecah sekarang dan dia berlari meninggalkan kamar. Bukannya merasa puas telah membalas dendam, tapi aku malah merasa sangat tidak enak. Kudorong tubuh Jenny menjauh dan pergi menyusul Sherly. Kutemukan dia di ruang keluarga, sedang menyaksikan rekaman videonya dengan Bob. Dia menoleh dan memandangku dengan tatapan yang berlinang air mata.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucapnya diantara isak tangisnya. “Itu terjadi begitu saja bulan lalu. Bob tengah frustrasi karena Jenny tak juga hamil. Kami minum-minum dan aku tak ingat pasti apa yang terjadi kemudian, yang kuingat saat aku terbangun, kita tidur berdua di ranjangnya. Apakah kamu mau memaafkanku?” tanyanya. Aku hendak mulai menjawab, tapi Jenny sudah berada di ruangan ini.

“Abang percaya semua omong kosong ini? Itu mungkin benar kejadian pertama kalinya, tapi bagaimana dengan yang berikutnya? Kak Sherly terlihat jelas sangat menikmatinya dalam video itu,” potong Jenny dengan marah. Wajah Sherly berubah merah oleh rasa malu.

“Kami melakukannya cuma dua kali saja,” bela Sherly lirih, meskipun dia sadar itu tak banyak membantunya.

“Kejadian yang kedua terjadi saat Bob menelphone-ku untuk dating dan bicara. Aku juga terkejut saat mendapati ada sebuah kamera yang dalam keadaan siap rekam. Lalu dia memperlihatkan padaku rekamannya dengan Jenny yang sedang bercumbu. Kami sepakat untuk menghentikan affair ini, tapi Bob ingin membuatsebuah video sebagai kenang-kenangan.”


“Dan kakak tak mampu menolaknya, kan?” potong Jenny dengan tajam.

“Aku mau menolaknya!” jawab Sherly, tapi kemudian meneruskan dengan suara pelan, “Tapi video kalian berdua benar-benar membuatku jadi terangsang. Melihatmu bercumbu dengan Bob sangat membuatku terangsang.”

“Kakak jadi terangsang karena melihatku?” Tanya Jenny tak percaya. Sherly tak berani menatap kami berdua, tapi dia hanya mengangguk. Aku gelengkan kepala. Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan Sherly barusan.

“Jenny, Sherly dan aku menikah di usia muda. Aku tidak heran jika kakakmu membayangkan apa yang hilang dari masa mudanya setelah kami menikah dulu. Aku juga merasakan hal itu.”

“Lalu apa abang berselingkuh di belakang kakak?” Tanya Jenny asked. Kugelengkan kepala.

“Tidak sampai hari ini,” jawabku. Sherly mulai merasa tak nyaman.

“Aku benar-benar minta maaf! Aku sangat mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu,” kata Sherly. Aku tersenyum mendapati situasi ini. Ketakutan terbesarku adalah jika Sherly sudah tidak mencintaiku lagi. Sekarang aku tahu itu tidak benar.

“Aku tak akan meninggalkan kamu. Andai saja kamu ceritakan padaku tentang semua ini sebelum kamu membuat keputusan, mungkin kita bisa lakukan itu bersama.”

“Bersama?” tanyanya. Dia terlihat jelas terkejut.

“Ya. Sherly, aku punya sebuah fantasi yang ikin kulakukan. Aku tak pernah menceritakannya padamu karena kupikir kamu sangat konservative tentang seks dan kupikir kamu akan marah jika kuajak membicarakannya. Aku tak ingin kehilangan kamu.”

“Sungguhkah?” tanyanya, ketakutanna perlahan berubah menjadi sebuah harapan. Kurengkuh dia ke dalam pelukanku dan memberinya sebuah ciuman yang sangat dalam sebagai jawabannya.

“Jadi, abang mengijinkan pria lain menikmati tubuh isteri abang?” Tanya Jenny tak percaya Aku mengangkat bahu dan tersenyum.

“Aku tak masalah jika Sherly bercinta dengan orang lain, Cuma syaratnya aku harus ada di sana dan dia pulang ke rumah kembali bersamaku.”

“Menakjubkan,” kata Jenny, tak tahu harus berkata apalagi.

“Jenny, meskipun ini tak membantu, Bob mengatakan padaku kalau hanya dengankulah satu-satunya wanita yang pernah berselingkuh dengannya. Aku percaya padanya. Bob benar-benar mencintaimu,” kata Sherly, masih memelukku. Jenny masih tetap menggelengkan kepala.

Kutarik kembali Sherly dalam sebuah ciuman. Aku masih tetap telanjang, sedangkan Sherly masih berpakaian lengkap. Aku mulai melucuti pakaiannya. Dan dia membantu mempercepatnya.

“Hey, bagaimana dengan aku?” Tanya Jenny. Sherly memandangku seakan meminta ijin. Aku mengangguk, masih meraba-raba kemana ini akan berakhir. Isteriku menatap adiknya dan menyeringai lebar.

“Jenny, kamu sangat boleh bergabung dengan kami,” undangnya. “Sudah kukatakan, Aku sangat suka melihatmu bercinta dengan Bob. Kurasa melihatmu melakukannya dengan suamiku pasti akan lebih dahsyat lagi!” Aku sama terkejutnya dengan Jenny, tapi aku sudah terlalu terangsang oleh wanita yang kunikahi hamper dua puluh tahun ini.

BACA JUGASensasi Ngeseks Dengan Tukang Jamu Cantik dan Bohay

Sherly dan aku tak menunggu jawaban Jenny lagi. Kupanggul Sherly menuju ke kamar tidur kami dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap. Dia protes soal aroma dan kenyataan kalau sepreinya telah habis dipakai, tapi protesnya tersebut langsung terhenti begitu kulesakkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Kupegangi pinggulnya saat aku mulai bergerak keluar masuk.

“Ya, setubuhi aku sayang!” teriaknya. Sherly tidak pernah berkata mesum saat berhubungan seks sebelumnya. Birahiku benar-benar terbakar oleh perubahan isteriku ini. Kami berdua benar-benar terhanyut dengan irama persetubuhan ini hingga aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang memegang buah zakarku.

“Jadi, akhirnya kamu putuskan untuk bergabung dengan kami,” kataku pada Jenny. Dia mengangkat bahunya, tersenyum nakal dan kemudian menciumku.

“Aku tak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menikmati batang penis abang lagi,” katanya begitu lumatan bibirnya denganku berakhir. Kemudia dia menampar pantat Sherly dengan keras. Sherly teriak terkejut.

“Disamping itu, aku masih belum memberikan hukuman pada wanita jalang yang sudah menyetubuhi suamiku ini,” katanya sebelum memberi sebuah tamparan lagi.

“Hey! Hentikan,” cegahku. Aku mencintai Sherly dan tidak ingin melihat dia disakiti.

“Tidak apa-apa! Aku memang pantas mendapatkannya,” kata Sherly, mengejutkanku, tapi kurasa Jenny sudah mengira akan hal ini.

“Nah kakakku yang jalang, kakak suka dengan kekerasan ya,” kata Jenny dengan yakin sambil memilin putting kakaknya dengan kasar. Sherly berteriak antara sakit dan nikmat. Baru saja aku mau menghentikan semua ini, tapi Sherly malah mulai meledak orgasmenya. Ini akan menjadi sebuah eksplorasi yang menarik dilain waktu.

Jenny menarikku menjauh dan menaiki batang penisku. Tak perlu menunggu waktu untuk penyesuaian yang lama lagi seperti saat pertama kali, dia kemudian mulai bergerak naik turun di atasku sekali lagi. Aku sudah dekat dengan orgasmeku saat akhirnya Sherly pulih kondisinya setelah ledakan orgasmenya. Dia melumat bibirku dengan liar sebelum tangannya bergerak meremas pangkal batang penisku.

“Hey, hentikan, kakak merusak iramaku!” Jenny komplain. Sherly tersenyum, melepaskan cengkeramannya dan menarik Jenny dalam sebuah ciuman. Ciuman keduanya sangat lama dan juga basah, tapi saat akhirnya selesai Jenny kembali komplain.

“Wanita jalang!” teriaknya, yang sebenarnya hanya terkejut oleh aksi Sherly barusan. Isteriku hanya tersenyum.

“Sudah kubilang kan, kalau melihatmu bisa membuatku sangat terangsang. Apa yang kamu harapkan saat memutuskan untuk bergabung dengan kami?” jawab Sherly, dan kemudian tangannya bergerak ke bawah untuk memainkan kelentit Jenny. Segera saja nafas Jenny mulai tersengal.

“Aku tidak tertarik pada wanita! Singkirkan tangan kakak!” perintahnya, tapi Jenny tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan Sherly.

“Aku juga belum pernah melakukannya dengan seorang wanita sebelumnya. Aku rasa kamu juga. Bagaimana kamu tahu kalau kamu tak suka?” Tanya Sherly.

“Tapi aku kan adikmu!” jawab Jenny. Sherly tak menghiraukannya.

“Aku yakin kalau mulutmu pasti akan lebih bermanfaat daripada hanya bicara tak karuan begitu,” jawab Sherly, lalu kemudian kembali melumat bibir adiknya lagi.

“Wow! Sherly, ini sangat hot! Jika saja aku tahu lebih awal kalau kamu juga mau melakukannya denga wanita juga,” kataku dengan seringai lebar. Sherly hanay mengangkat bahu.

“Siapa kira? Aku juga tak pernah membayangkan sebelumnya sampai aku lihat videonya Jenny dengan Bob,” jawabnya sebelum kemudian membungkuk kedepan untuk menghisap salah satu putting payudara Jenny. Mengerang keras Jenny mulai orgasme.

Aku mencoba untuk bertahan, tapi segera saja aku seburkan spermaku ke dalam vagina Jenny juga. Jenny membuat kami berdua terkejut saat dia menjambak rambut kakaknya agar mendekat padanya dan melumat bibirnya dengan liar ditengah ledakan orgasme yang melandanya.
Sherly meraih batang penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya begitu orgasme yang mendera kami berdua mereda.

“Iih, menjijikkan! Penis abang kan penuh dengan cairanku,” kata Jenny dengan wajah menyeringai. Sherly hanya tersenyum lalu mendorong tubuh adiknya hingga terlentang. Dia bergerak menaiki tubuh Jenny dan duduk di atas dada montoknya. Membuat vaginanya berada sangat dekat ke mulut Jenny. Jenny meronta beberapa saat, tapi Sherly lebih kuat dan lagipula tubuhnya berada di atas menindih Jenny.

“Sekarang giliranku untuk orgasme dank arena kamu sudah memakai penis suamiku untuk orgasme, kamu harus menggantikan tugasnya. Jilat vaginaku Jenny!” perintah Sherly. Aku hanya menyaksikan dengan terpesona. Aku tengah menyaksikan bagian dari diri Sherly yang tak pernah kusangka dimilikinya. Jenny mencoba memprotes, tapi Sherly sama sekali tak mengacuhkan. Disorongkan vaginanya kea rah mulut adiknya dan mendesah keras beberapa saat kemudian ketika lidah Jenny menelusup ke dalam lubang vaginanya.

“Ya, begitu Jennyy! Tepat di situ!” ceracau Sherly. Mereka berdua seakan asyik masyuk dalam dunianya sendiri dalam beberapa menit ke depan sebelum pada akhirnya Jenny mendorong tubuh Sherly dari atasnya.

“Hey!” protes Sherly, tapi Jenny cuma tertawa. Dia kemudian mengatur untuk melakukan posisi enam-sembilan dengan isteriku. Kuamati lidah Jenny langsung melata keluar masuk ke dalam vagina kakaknya. Sherly ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya lidahnya juga memberi aksi yang sama terhadap vagina Jenny.

Terlihat jelas bahwa kedua wanita ini sangat menikmati dan larut terhadap apa yang tengah mereka perbuat. Sudah cukup lama mereka saling memuaskan birahi satu sama lainnya dan aku yakin kalau keduanya sudah mendapatkan paling tidak sebuah orgasme. Batang penisku akhirnya sekali lagi mengeras sepenuhnya dan aku tengah bingung untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Jenny melihat kebingunganku dan mengedip kepadaku sambil sebuah jarinya menyelip masuk ke dalam lubang anus Sherly. Sherly mengerang.

Jenny terus memainkan jemarinya di dalam lubang anus Sherly sambil tetap mengoral vaginanya. Sejenak kemudian Jenny mengisyaratkan padaku untuk mendekat. Dicengkeramnya batang penisku dan menempatkan kepala penisku tepat di lubang anus Sherly. Kudoeng sedikit hingga kepalanya masuk sebelum Sherly akhirnya menyadari apa yang tengah terjadi.

“Tunggu!” teriaknya, tapi Jenny tetap berkonsentrasi pada kelentitnya dan itu membuat perhatian Sherly kabur. Kumasukkan beberapa centi lagi.

“Hentikan, ini sakit!” erang Sherly. Jenny menampar pantat isteriku dengan keras.
“Tapi rasanya sangat nikmat, kan?” tanyanya pada isteriku. Sherly hanya mengerang. Kumasukkan 
lagi lebih dalam.

“Ya!” Sherly semakin mengerang keras.

“Jadi, diam dan nikmati saja!” perintah Jenny menampar pantat Sherly lagi. Jenny merangkak ke bawah tubuh Sherly dan mulai mempermainkan kelentitnya.
Aku terus mendorongkan penisku semakin ke dalam anus Sherly. Rasanya sangat rapat dan aku tak yakin sepenuhnya apakah dia menikmati ini ataukah tidak.

“Apa kamu ingin aku berhenti?” tanyaku meyakinkan.

“Jangan! Masukkan seluruhnya. Sodomi aku!” teriak Sherly. Dan jawaban itu membuatku melesakkan sisa penisku selurhnya tanpa ragu lagi. Dia langsung mulai orgasme. Kurasakan denyutannya seiring tiap sodokanku.

Kusodomi Sherly dengan keras dan cepat, membuat buah zakarku menghantam dahi Jenny. Segera saja aku orgasme beberapa menit kemudian. Sherly dan aku rebah kecapaian sedangkan Jenny meberi kami masing-masig sebuah ciuman yang penuh nafsu yang dalam. Tak disangsikan lagi kalau dia juga sangat membutuhkan sebuah pelapasan yang sangat mendesak.

Begitu kondisiku dan isteriku mulai pulih, tanpa menyia-nyiakan waktu lagi kami berdua langsung berkonsentrasi pada vagina Jenny. Dengan bergantian lidah kami mengeksplorasi seluruh titik sensitifnya. Dan itu membuat Jenny merintih memintaku agar segera menyetubuhinya langsung.
Kuposisikan dia dalam dogy-style, Sherly memposisikan dirinya diantara tubuhku dan Jenny dan mencumbu anus adiknya dengan menggunakan lidah. Hal ini terlalu berlebihan untuk dapat ditahan Jenny lebih lama lagi dan orgasme segera menggulungnya. Denyutan liar dinding vagina Jenny tak mampu kutahan, kulit penisku yang terasa sangat sensisit segera memberiku ledakan orgasme yang berikutnya. Isteriku terus saja mencumbui lubang anus adiknya saat aku semburkan kembali spermaku di dalam vagina adik iparku untuk kesekian kalinya.


 

Kami bertiga hanya mampu berbaring kelelahan dengan tubuh bersimbah keringat untuk sekian waktu. Saat akhirnya kami mampu bergerak, hanya dengan gerakan tubuh yang lemah dan pelan. Secara bregiliran kami mandi menyegarkan tubuh, berpakaian dan bertemu di meja makan. Sherly menyiapkan sesuat untuk mengganjal perut kami semua yang kelaparan.

“Aku lapar,” Jenny said.

“Aku juga,” timpalku.

“Aku rasa kita sudah membangkitkan selera makan kita,” Sherly tersenyum. Hampir disepanjang acara makan kami diwarnai keheningan. Masing-masing tenggelam dalam alam pikirannya. Aku lihat Sherly sedang menata mentalnya untuk membuka omongan. Akhirnya dia menatapku begitu acara makan kita selesai.

“Jadi, apakah kita semua baik-baik saja?” nada bicaranya terdengar nervous. Kami saling menatap satu sama lain dalam beberapa saat dan kemudia aku mengangguk. Senyuman Sherly terkembang.

“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Sherly pada adiknya.

“Mmm, aku belum tahu,” jawab Jenny dengan jujur, tapi kemudian dia tersenyum lebar dan bertanya, 

“Yang kamu maksud itu tentang kamu dan Bob atau kenyataan bahwa baru saja aku sadar kalu aku seorang lesbian yang juga menikmati hubungan incest?”

“Kamu bukan lesbian,” jawabku sambil tersenyum.

“Dia benar,” Sherly menambahkan. “Kamu seorang biseksual yang menikmati hubungan incest.” Jenny tidak bias menahan diri. Dia tertawa terbahak. Sherly dan aku ikut tertawa, tapi dengan cepat tawa kami berhenti.

“Jenny, beri Bob kesempatan,” kata Sherly dengan lebih serius. Jenny menarik nafas.

“Akan kupikirkan.”

“Dan diskusikan dengannya soal belum juga hamilnya kamu. Kalian berdua mungkin harus membicarakan hal tersebut. Mungkin sekaranglah waktunya untuk datang ke dokter ahli.”

“Wow, sekali nasehat langsung komplit,” jawab Jenny dengan tersenyum. Dia terlihat agak bimbang.

“Hei, kamu boleh menyewa suamiku sebagai gantinya kalau yang jadi masalahmu adalah Bob,” gurau Sherly, mencoba untuk membuat adiknya tersenyum. Senyuman Jenny semakin terkembang lebar saat tangannya bergerak mengelus perutnya.

“Masalah itu mungkin sudah terpecahkan kalau memang yang bermasalah aadalah Bob. Minggu ini adalah periode masa paling suburku dan suamimu sudah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik saat mengisiku dengan spermanya.”

Alis Sherly’s, dan tentu saja alisku, terangkat karena terkejut. Kami saling mamandang dan kemudian menoleh ke arah Jenny. Akhirnya kami bertiga hanya mengangkat bahu.

“Itu issue untuk besok saja,” jawab Sherly.

“Kalau memang jadi,” Jenny menambahkan.

“Beritahu kami kalau akhirnya kamu memutuskan untuk memaafkan Bob,” kataku, merubah topic pembicaraan. “Akan tiba waktunya bagi Bob dan aku untuk membicarakannya, tapi itu persoalan lain lagi. Dan jika semuanya berjalan baik dan antara kamu dan Bob ok, aku rasa aku ingin melihat Bob dan Sherly melakukannya secara langsung. Aku yakin itu akan terlihat lebih hebat dari pada di dalam video.”

“Hanya selama aku diberi kesempatan dengan kamu lagi,” jawab Jenny menimpali ‘tantanganku. Dia kemudian menoleh kea rah Sherly dan dengan tersenyum menambahkan, “Tentu saja dengan kamu juga.”

“Aku bisa menggaransi kalau soal itu,” balas Sherly.
Jenny memberi sebuah pelukan pada kami berdua sebelum dia pergi. Sherly dan aku saling menatap dalam kebisuan untuk beberapa saat.

“Nah, sekarang bagaimana?” Tanya Sherly. Awalnya aku hanya mengangkat bahu, tapi kemudian kuhembuskan nafas. Aku sadar jika kami berdua membutuhkan sebuah aturan dasar dalam hal ini.

“Pertama, aku rasa kita harus saling setuju dan berjanji bahwa kita tidak akan saling bermain dengan orang lain tanpa persetujuan salah satu dari kita. Tak ada lagi affair,” jelasku dengan ringkas. Sherly tampak sedikit malu dan mengangguk setuju.

“Kita harus ekstra hati-hati terhadap anak-anak. Aku tidak mau gaya hidup kita yang baru ini membawa sebuah dampak bagi mereka semua,” Sherly menambahkan.

“Setuju.”

“Kamu puny ide yang lain lagi?” Tanya Sherly. Aku menyeringai.

“Ya, masih ada sebuah hukuman yang menunggumu.”

“Hukuman?” Tanya Sherly, matanya berbinar.

“Yeah, sekarang aku tahu kalau kamu suka sedikit kekerasan dan rasa sakit, aku rasa kita harus kembali lagi ke kamar. Lagipula anak anak tidak ada dan kita hanya berdua saja sekarang.”

“Apa yang kamu rencanakan?” Tanya Sherly curiga. Aku hanya tersenyum lebar.

Kami habiskan beberapa jam berikutnya dengan saling memuaskan dan memanjakan satu sama lain. Tidak semua yang kami coba berjalan dengan baik, tapi saat itu tidak berjalan sesuai harapan, kami hanya tertawa dan kemudia mencoba sesuatu yang lainnya lagi. Untuk pertama kalinya Sherly dan aku saling berbagi seluruh fantasi seksual dalam kehidupan dua puluh tahun perkawinan kami. Kami sadar kalau tidak semua fantasi tersebut bisa diwujudkan dalam satu malam ini, tapi kami sudah melakukan sebuah awal yang bagus.

Mentari pagi hanya menunggu satu dan dua jam untuk terbit saat akhirnya kami merasa terlalu lelah untuk mencoba sesuatu yang lain lagi, tapi kami berdua belum merasa mengantuk juga. Sekali lagi kami mandi lagi dan melangkah menuju ke kamar tamu. Kamar ini memiliki pemandangan yang indah saat mentari terbit dan juga seprei yang bersih dan segar.

Kami berdua berbaring dan berbincang seakan sudah tak saling bicara selama bertahun-tahun. Aku bahkan tak begitu yakin apa yang sedang kami diskusikan, tapi pada akhirnya aku merasa lebih dekat dengan isteriku melebihi sebelumnya. Manteri terbit mengantarkan kami berdua lelap dalam mimpi indah dengan saling memeluk.