Thursday, 13 August 2020

Cerita Seks Dokter Kandungan Juga Butuh Ngewek

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on August 13, 2020 with No comments
SempakBERENDA - Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di salah satu kota jawa barat. Umurku 35 dan status lajang, Bukan karena aku tak laku, Tapi pacarku sedang menyesaikan kuliahnya S3 diluar negeri dan kami akan menikah setelah dia menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar S3 tersebut.


 Tinggiku 180cm karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler. Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga ngiri dengan orang lain, Dan terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan sembarangan karena yang diutamakan dari seorang dokter adalah yang cantik dan keliatan bersih putih mulus.

Sebenarnya ada banyak wanita yang kusuka dan mencoba menarik perhatianku, Salah satunya adalah Novi, umurnya sekitar 24 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia.

Cerita Seks Dokter Kandungan Juga Butuh Ngewek
Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.

 Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak.

“Baik Dok…eh…kak”. “tapi terima kasih tawarannya aku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima.

“Terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin lain kali” kataku

“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.

“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit” sambil berlalu

Aku perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku menggeleng.

Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel.

Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.

“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan

“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.

“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya

  Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke ruangnya dulu…Sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.

“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya

“Tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu. Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku.

“Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”.

“Ya sudah…” ujarnay tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu.

Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin

“Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”

“Kamu mau aku bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat.

“Yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…

Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan.

“kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia. “Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan.

“Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras

“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”

“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah” mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.

“Novi tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi

“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku

“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.


Aku lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.

“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…” dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin..”

“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”

“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum

“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”

“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan

“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.

Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi tersenyum walau getir.
Saat istirahat ku coba dekati.

“Kamu sakit Nov?”

“Nggak kak” lemah sekali bicaranya

“Kenapa kamu murung, ada masalah?”

“ah nggak kok” Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya.

“Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.

“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”

“iya kak, terima kasih”

Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk,

“Silahkan masuk”.

“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Wajahnya terlihat sangat cantik. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.

“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Kakak besok ada acara?”

 AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini.

“Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.

“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”

“Oh…tentu, jam berapa?”

“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, Sini alamatnya saya tuliskan dulu” Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip.

“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.

Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru dan rok panjang biru donker.

“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu” kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.

“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”

“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.

Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”.

“Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.

“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu

“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.

Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela.

Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.

Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang.

Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.

“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya

“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia

Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. “Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya

”sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”

aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”

Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum.

“Oh God…sweet” ujarku dalam hati.

“Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing. Novi hanya tersenyum,

“Mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku.

Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian.

Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya.

“Mmmhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra.

“Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu.

“Eeeeeeeeeeehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang.

Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.

“Mmmmhhhhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat.

Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.


“Mmmhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya

“Aaaaahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra.

Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi.

“Aaaaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…kak…..aduuhh…..mhh….. ”

Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya.

“Aaaahh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh …”, nafas Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.

Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud.

Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku.

“Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut,

“Eeeeenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi.

Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.

“Kaakaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. Aku tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya.

“Aaaaaaahhhhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh …akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi.

“Aaahhhhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.

sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. Aku sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku.

Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya.

“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirnya sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

“Cccuuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. Aku lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa.

“Mmmhhhhh…aauuuummm…uummhh”

Dan akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.

“Ssshhhh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya.

“Ahhhhh…sayang…terus”…”mhh..uhmm hh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti,

“Kak…Novi ngga tahan…” Sambil menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. Aku regangkan kedua kakinya.

 Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku

“Ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya

“Kamu yakin Nov?” Novi mengangguk.

Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya

“Tahan ya Vi…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah sangat basah itu. Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi.

“Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit.

Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan.

“Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan..

“Kaaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur.


Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,

“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan.

Akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak kencang.

”Aaahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa,

“Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu.

“Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh …mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan.

Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur.

“Sshhhhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…kak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. Auupun mempercepat doronganku.

“Teeerrrrus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Novi meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang.

“Aaaaahhhaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya. Aku cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.

Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Novi.

Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah terbuka itu.

Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya.

"Sssshh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya.

Tak berselang kemudian, Novi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi,

“Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,

“Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang,

“Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh krucil.netan air maninya ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu krucil.netan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi.

“Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia.
 
“Kakak mau tanggung jawab kan?”

“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau suaranya terdengar

Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. Aku berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.

“Iii..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan nikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir.



DAPATKAN : Promo Bonus menarik dari Domino757 untuk kalian yang bermain:


- Bonus Refferal 20% yang berlaku SEUMUR HIDUP
- Bonus Cashback 0.3% ( dihitung dari total Turn Over anda baik menang atau pun kalah )
Dibagikan 2x dalam 1 Minggu
Syarat : terdapat TO pada akun anda ( tidak ada minimal TO )


Gabung sekarang juga di website resmi kami


Atau Hubungi CS kami di kontak :

Pin bbm: D60F146A
WECHAT: domino757
LINE: domino757
Whats’app: +85516499827

Sunday, 19 July 2020

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 19, 2020 with No comments

SempakBERENDA - Siang itu disaat aku hendak lunch tiba-tiba telepon dari lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

"Hallo, selamat siang Martin," suara wanita yang sangat manja terdengar.

"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.

"Namaku Shella," kata wanita tersebut mengenalkan diri.

"Maaf, Mbak Shella tahu nomor telepon kantor saya dari mana?" tanyaku menyelidiki.

"Oya, aku temannya Silvani dan dari dia aku dapat nomor kamu," jelasnya.

"Ooo... Silvani," kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Silvani adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai' kehidupan sex aku. Situs Terbaik BandarQ Online 2020

"Gimana kabarnya Silvani dan dimana sekarang dia tinggal?" tanyaku.

"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu," jelas Shella.

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Shella yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Shella membuyarkan lamunanku.

"Hallo... Martin, kamu masih disitu?" tanya Shella.
"Iya... Iya Mbak... " kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Silvani yaa?" tanyanya menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Shella tuh," celetukku.
"Masa sih... Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda.
"Martin, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Shella.
"Boleh aja Mbak... Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu," jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Martin sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan," katanya.
 "Oke, sampai nanti Martin... Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Shella. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.



Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

"Maaf apakah kamu Martin?" tanyanya sambil menatapku. "Iy... Iyaa... Kamu pasti Shella," tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

"Silahkan duduk Shella," kataku sambil menarik satu kursi di depanku.

"Terima kasih," kata Shella sambil tersenyum. "Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?" tanyaku.

"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Martin ," jelasnya. "Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?" kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang 'menyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Shella adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Shella adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

"Shella , kamu kenal Silvani dimana?" tanyaku.

Silvani adalah teman chattingku di YM, aku dan Silvani sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.


"Emangnya Silvani menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih," tanyaku penuh penasaran.

"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh pengertian.

"Ooo, begitu... " kataku sambil manggut-manggut.

"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai," jelasnya tanpa aku tanya.

"Sebenarnya tadi Silvani juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng," jelasnya kembali.

"Memangnya Mbak Shella menginap dimana nih?" tanyaku penasaran.

"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H... "jelasnya.

"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.

"Ya sendirilah, Martin... Makanya saat itu aku tanya Silvani," katanya

"Tanya apa?" tanyaku mengejar.

"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta," katanya.

"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

"Jok... Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya. "Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian," kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H... Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Shella bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Shella menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Shella pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Fransiska (36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Foursome Dengan 3 Wanita Mulus Dan Seksi

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Shella pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.


Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Silvani dan kawan-kawan. Setelah itu Shella pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

"Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh... "

Sedangkan Fransiska menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Shella dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Shella pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Shella sedangkan Fransiska mencium bibir Shella agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah. "Jok... Akuu mauu keeluuarr."

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Shella, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Shella pun mulai mendesah nggak karuan.

"Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt... "

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

"Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh... "

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Shella yang menempel pada penisku, sedangkan Fransiska menghisap vaginanya Shella yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung masuk. Bless... Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.

Fransiska pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Shella mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

"Aaahh enak Mir... Terus Mir... Goyang terus Mir... Lebih dalam lagi Mir... Aaahh sstt"

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

"Mir... Aku... ingiin keeluuaarr"

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Fransiska pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Fransiska dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

"Ooohh... Martin... Geelli... " desah Fransiska.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Miranda dan Shella mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

"Aaahh enak sekali Jok... Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt... "

Fransiska pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

"Ssstt... Jok... Nikmat sekali... Ughh," rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Fransiska yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

"Martin... Gila banget lidah kamu... " rintihnya.

"Terus... Sayang... Jangan lepaskan... " pintanya.

Paha Fransiska dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Fransiska menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

"Oohh... Martin, aku nggak tahan... Ugh... " rintihnya. "Martin cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih," pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.


"Bleest... " kepala penisku menggoyang vaginanya Fransiska. "Aowww... Gila besar sekali Jok... Punya kamu," Fransiska merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Fransiska mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

"Martin... Jangan berhenti sayang... Oogghh," pinta Fransiska.

Fransiska  terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Fransiska membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

"Martin... Kamu... Memang... Jagoo... Ooohh," kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Fransiska seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Fransiska semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Fransiska.

"Martin... Terus... Sayang... Jangan berhenti... " Fransiska meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Fransiska untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Fransiska benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

"Martin... Aakuu... Kelluuaarr... Aaakkhh... Goyang sayang," rintih Fransiska.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Fransiska semakin tak terkendali.

"Jok... Ooo... Aaammpuunn," rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Fransiska. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

BACA JUGA : AKU DICULIK DAN DIPERKOSA OLEH 4 PRIA PERKASA

Fransiska yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Fransiska, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Fransiska.

"Ooohh... Martin... Kamu... Memang... Ahli... " katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Fransiska dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

"Fransiska... Vagina kamu memang enak banget," pujiku. "Kamu suka minum jamu yaa kok seret?" tanyaku.

Fransiska hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Fransiska dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Fransiska karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

"Fransiska... Aku mau... Keluar... "kataku mendesah.

"Aku juga sayang... Ooohh... Nikmat terus... Terus... " Fransiska merintih.

"Martin... Keluarin didalam... Aku ingin rasakan **an... Kamu... " pintanya.

"Iya sudah... Ooogh... Aaakhh... " rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Fransiska semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

"Martin... Aku... Aku... Ngaak kkuuaatt... Aaakhh" rintih Fransiska.

"Aku juga sudah... Ooogh... Siss," aku merintih.

"Crut... Crut... Crut... " spermaku muncrat membanjiri vaginanya Fransiska.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Fransiska . Setelah beberapa saat kemudian Fransiska membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

"Martin, ternyata Silvani benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa" kata Fransiska merintih. "Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja," kataku merendah. "Kamu luar biasa... " Fransiska tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Shella dan Miranda, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

"Ughh... Martin... " mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H... Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.

Monday, 13 July 2020

CERITA BOKEP PENGALAMAN DARI ANAK PERAWAN

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 13, 2020 with No comments
Cerita Hot Terpanas - Biasanya aqu memanggiilnya Keke adalah keponakan yg ketemu lgi beberapa bulan yg lalu (sekiitar September 2015) di Mataram. Sbg mahasiiswii salah satu Akademii Pariiwiisata terkenal di Jakarta, dia harus menjalanii studi praktek di salah satu hotel berbiintang di Lombok. Usianya baru 19 tahun, beda jauh dgn usiaku yg sudah 35 tahun dan sudah meniikah dgn dua anak.


Sekarang aqu menjalanii hiidup piisah ranjang dgn isteriku, sejak dia menyeleweng dgn rekan biisniisnya. Aqu membutuhkan kawan perempuan, tetapi tak suka gantii-gantii atau jajan. One women at a tiime, lah. Hubungan kamii berlangsung biiasa saja, kerana kamii hanya bertemu satu atau dua kalii sebulan, pada saat aqu melaqukan kunjungan kerja ke kota S. Rasanya senang punya saudara di tempat jauh.

Tetapi, lama kelamaan senyumnya iitu lho yg membuatku mabok kepayg. Ukuran tubuhnya yg relatiif (tiinggiinya hanya 155 cm) kekel pun merupakan iimpiianku, kerana aqu juga tak terlalu tiinggii (167 cm). Hubungan kamii sebenarnya mulaii sbg layaknya saudara, sampaii suatu harii saya telpon dan menyatakan keiingiinan saya untuk berhubungan lebiih seriius.

“Kapan Keke ke Jakarta? Aqu udah pengiin banget niih ketemu sama kamu.” tanyaqu sewaktu meneleponnya pada awal bulan yg lalu.

“Wah aqu nggak biias bolos, kecualii kalo hanya untuk satu atau dua harii. Aqu baru pulang nantii
bulan Januarii tahun depan. Jatah tiiket aqu untuk bulan-bulan iitu.” jawabnya,

“Kecualii kalo ada yg mau kasiih tiiket pesawat, hehehe.” Kesempatan niih, piikiirku.

“Giimana kalo aqu kiiriim tiiket? Mau kan? Tanggal berapa?” tanyaqu penuh harap.

“Giimana kalo akhiir miinggu ini? Tetapi jangan biilang sama orang rumah kalo aqu bolos lho!” piintanya mengiingatkan.

Benar saja, pada harii Jumat sepulang kantor kujemput dia di Cengkareng. Wow.., beda sekalii! Dia pakaii celana jeans biiru ketat, dgn kaos ketat menggantung, sehiingga pusarnya keliihatan. Dan, ya ampuun.., dgn kaos yg ketat iitu, terliihat dgn jelas betapa besar buah dadanya yg terliihat terlalu besar dibanding dgn badannya yg mungiil. Kutaksiir berukuran 36 lah.

Biiasanya dia pakaii pakaian sedikit longgar, jadi tak begiitu keliihatan. Gagang kemaluanku langsung bereaksii, tetapi lalu kutenang-tenangkan supaya cepat kendor. Belum waktunya.

“Giimana Ke, kiita makan dulu ya..?” Kamii langsung ke Plasa Senayan, makan sembari ngobrol di Spagetii House. Sesudah iitu, kamii langsung menuju di Horiison Ancol untuk meniikmatii waktu berdua kamii.

Sesudah ngobrol panjang lebar, kuliihat dia berjalan mendekatii jendela yg menghadap ke laut. Kuanggap ini sbg undangan dan lalu aqu mendekatii dan memeluknya darii belakang. Kurasakan buah dadanya menjadi lebiih kencang dan dipejamkan matanya. Kuciiumii lehernya dgn penuh gelora nafsu. Kulepas kaiitan BH-nya sehiingga dgn leluasa dapat kuraba dan kuremas. Ooh besar sekalii buah dada ini. Kubaliik badannya, kuangkat kaos mininya dan kuciium dan kulumat penuh gelora buah dada iitu. Sepertiinya iia baru pertama kalii pacaran sepertii ini.



“Haarhh.. malu niich..!” katanya, tanpa memiintaqu berhentii. Aqu menjadi semakiin beranii.

Celananya kubuka. Keke memberontak sedikiit, tetapi tak terlalu berartii. Kulepas semua pakaiiannya sehiingga dia telanjang bulat, sementara diriiku masiih berpakaiian. Putiih mulus tubuhnya kuniikmatii, kerana kamii tak mematiikan lampu. Kuciium seluruh tubuhnya yg berdirii tegak di depanku. Sepertii cakeng kepanasan, Keke menggeliiat dan mengerang. Seluruh badannya meriinding dan menggiigiil.

Sewaktu keuman dan jiilatanku sampaii ke daerah kemaluannya, Keke mengerang hebat sembari meremasii rambutku.

“Hegh.. Harrch.. Enak sekalii. Kakii saya lemes Harch.. tolong akhhu heh..!” erangan yg terdengar sangat merangsang bagiiku.

Sekalii-sekalii kuraba dan kuremas lembut buah dadanya yg menggunung iitu, sangatlah seksii dan merengsang berahiiku.

“Harch heehh please..! Aqu lemas sekalii niich.. auch..!” lenguhnya semakiin tinggi.

Aqu segera mengangkatnya ke tempat tiidur dan melanjutkan jiilatan-jiilatanku di daerah surganya. Tak terasa, sudah lebiih darii 10 meniit aqu memberiinya pengantar keniikmatan, seolah iia sudah sangat pengalaman. Sampaii akhiirnya, aqu terkejut kerana iia menjadi sepertii kejang, meremas kepalaqu dan menekannya ke kemaluannya.

“Harchh.. aqu mau.. augh..!” lenguhnya meniinggii.

Wow.., dia sudah orgasme. Ada sedikiit caiiran kental keluar darii kemaluannya, hangat dan niikmat. Dalam keadaan terengah-engah masiih kujiilat biibiir kemaluannya. Lenguhan-lenguhannya sepertii tak mau berhentii. Terkulaiilah wanitaku lunglaii sepertii tanpa daya. Kupeluk dan kuciium biibiirnya dgn mesra dan lembut. Aqu sengaja menahan dirii, untuk memberiinya kesempatan lebiih dulu.

Blonde day!!! Cute Naomi Woods how was your day beauty | Naomi ...


“Giimana Ke, enak..?” tanyaqu, “Kamu pernah sepertii ini sebelumnya..?”

“Aqu nggak tahu pastii bayganmu tentang diriiku, Har. Mungkiin kamu menganggap aqu perempuan murahan. Tetapi sungguh, ini pertama kalii aqu merasakan keniikmatan yg tak terlukiiskan.

Biiasanya, aqu hanya masturbasii saja. Aqu mau mempersembahkan keperawananku pada orang yg kukentaii.” jawabnya.

“Jadi kamu masiih perawan..?” tany aqu dgn heran.

“Ya, aqu masiih perawan. Dan aqu akan mempersembahkannya untukmu. Aqu sangat menkentaiimu, Har.”

Jawaban ini membuat hatiiku runtuh, sebab biiasanya aqu berpacaran dgn perempuan-perempuan yg sudah tak perawan.

“Keke aqu miinta maaf, tetapi sepertiinya aqu tak sanggup melanjutkan. Aqu belum mengatakan, giimana latar belakang dan keadaanku sebenarnya.” keiingiinanku untuk menjelaskan dipotong Keke.

“Har, aqu sudah tahu kok. Aqu tanya sama teman-temanmu di sana. Dan mereka memberii tahu apa adanya. Jadi, aqu sudah tahu dan siiap untuk menjadi madumu.” jawabnya dgn centiil sembari mencubiitku.

“Yg bener niih..?” tanyaqu sembari tertawa, bahagiia sekalii rasanya. Kutengok arlojiiku, sudah jam 11 malam.

“Kamu nggak mau pulang nengok Papa-Mama Ke..?”

“Kan sudah saya biilang, saya bolos dan kamu harus merahasiiakannya, Oke..!”

Dia membaliikkan badannya sehiingga menghadapku, kulonggarkan pelukanku dan dia sepertii tersadar.

“Lho.., jadi kamu tuh masiih berpakaiian to..? Ya ampun, malu niih..! Payah kamu. Ayo dong, kamu juga buka pakaian..!” Aqu segera membuka pakaian. Keke memandang dgn penuh rasa iingiin tahu. Tanpa sadar, burungku yg tegang sekalii ternyata sudah mengeluarkan caiiran beniing.

“Har, burungmu besar sekalii. Muat nggak ya..?” tanyanya sembari memandangii kemaluanku yg coklat kehiitaman.Ukurannya sebenarnya tak lah besar, tergolong kekel lah kerana hanya sekiitar 14 cm.

“Kok ada caiiran beniingnya siih..?”

“Ya iiya, aqu kan juga merasakan keniikmatan dgn memberiimu yg tadi iitu.”

“Har, kasiih tahu dong giimana aqu biisa memberiimu keniikmatan sepertii yg kurakakan tadi..!” piintanya.

“Learniing by doiing aja ya.” jawabku. Sesudah memberii tahu cara-caranya, aqu lalu rebahan. Masiih dgn sedikit canggung, Keke mulaii memegang, menggosok dan memiijat kemaluanku, juga buah zakarnya. “Ooh.. Keke, enak sekalii..!” gumanku meniikmatiinya. “Mulaii dikemut dong Sayg..!” piintaqu.

Keke dgn sedikit ragu memasukkan kemaluanku ke dalam mulut mungiilnya. Pada awalnya sedikit sakiit, kerana sesekalii terkena giigiinya, tetapi kemudian Keke menjadi lebiih piintar. Kuluman atas kemaluanku menjadi lebiih lembut dan niikmat sekalii.

“Kemut, jiilat dan raba semuah.. Ke..!” piintaqu kerana mulaii menanjaklah keniikmatan iitu. Kerana seriing kalii tak tahan, aqu menggoygkan bokongku. Sehiingga, jiilatan bagiian bawah buah zakar seriingkalii salah ke daerah sekiitar anus. Dia memejamkan mata, jadi dia tak tahu, tetapi aqu dapat merasakan keniikmatannya.

“Oougghh.., enak sekalii Ke..!” erangku tiiap kalii daerah duburku terjiilat.Pada awalnya aqu memang tak sengaja, tetapi kemudian sesekalii kupelesetkan kerana niikmatnya. Aqu belum pernah mengalamii keniikmatan ini darii perempuan mana pun. Keniikmatan mulaii memuncak dan aqu memiinta Keke untuk mengulum kemaluanku, kerana aqu sudah mendekatii puncak. Keke mengulum sembari menggerakkan kepalanya ke atas-bawah dan kadang memutar. Dan sampaiilah puncak keniikmatan iitu.

“Aauugghhrhh.. aqu keluarhh..!” erangku sembari meremas rambut Keke dan memegangnya erat supaya tak lepas. Keke terkejut kerana semprotan spermaqu yg kusemburkan aiir niikmat iitu ke dalam mulutnya, yg membuatnya menelan sembari gelagapan. Siisa spermaqu menetes darii mulutnya.

“Kenapa dikeluarkan di mulutku Har..?” Keke memprotes.

“Sama saja Sayang, kamu tadi kan begiitu juga. Enak kan..?” aqu meniimpalii sekenanya. Semula iia terliihat jengkel tetapi kemudian tersenyum, paham. Jam 12 malam sudah. Satu sama. Keke meliihat ke kemaluanku dan heran.

“Lho kok jadi kekel dan pendek. Tadi besar sekalii sampaii mulutku nggak muat..?”

“Ya iiya dong Sayg, kalo lgi bobok yg cuma 3 cm, tetapi kalo bangun jadi tambah besar, hebat ya..!”

“Trus kalo mau biikiin besar lgi, caranya giimana..?” Keke tanya sembari meremas-remas kemaluanku.

Naomi Woods | Naomi woods, Hotties, Naomi

“Kalo mau sedikit lama, ya giitu, diremas, diraba. Kalo mau cepet ya dikemut lgi.”

Dan tanpa dimiinta, Keke segera mengemut gagang kemaluanku, yg kemudian memang langsung membesar pada ukuran penuhnya. Aqu tak mau ketiinggalan, kubaliikkan badanku sehiingga kamii mempraktekkan posiisii 69. Keke sepertiinya menjadi bangkiit gaiirah dan melenguh-lenguh sembari mengulum gagang kemaluanku.

Sesudah kamii sama-sama penuh gelora dan napas kamii sudah tersengal-sengal penuh keniikmatan, Keke bertanya,

“Giimana lanjutnya Har..?”

“Kamu bener udah siiap..? Kamu nggak nyesel nantii..?” kutanya Keke kerana aqu sebenarnya mendua, iingiin menjaganya sekaliigus iingiin menuntaskan hubungan asmara kamii.

“Aqu kan sudah biilang. Aqu siiap untuk mempersembahkan keperawananku buat kamu. Jadi mulaiilah, giimana..?”

Mendengar jawaban ini, akal sehatku padam. Segera aqu berlutut di antara selangkangannya. Kutempelkan gagang kemaluanku ke kemaluannya. Menggesekkannya dan sedikiit menekannya.

“Ouuch Har.., enak sekalii..! Terusiin Har..! Aahh..!” lenguhnya mulaii merasakan keniikmatan.

“Keke, yg pertama ini sedikit sakiit, tetapi hanya sebentar. Kamu akan terbiiasa dan mulaii merasakan niikmatnya. Tahan ya..!” sembari kutelungkupii badannya yg mungiil iitu. Kuciium biibiirnya dgn penuh nafsu dan kusedot kuat-kuat. Kuciium dan kugiigiit-kekel putiing susunya. Keke mendesah niikmat. Kuciium lgi biibiirnya kuat-kuat. Dan sewaktu iitulah kutekan gagang kemaluanku masuk ke liiang senggamanya. Keke memelukku erat terhenyak. Pastiilah dia menahan sakiit.

Sesudah gagang kemaluanku masuk sepenuhnya, kubiiarkan iia di dalam, diam. Terus kuciium biibiirnya sembari kubuat kedutan-kedutan kekel di kemaluanku. Keke ternyata melaqukan refleks yg sama. Otot kemaluannya juga membuat kedutan-kedutan kekel, yg semakiin lama terasa sepertii tariikan-tariikan halus, menyedot gagang kemaluanku, seolah memiinta lebiih dalam. Aqu mulaii mengayun-ayun pelan dan mulaii kurasakan ujung kamaluanku menyentuh liiang rahiimnya. Oooh niikmat sekalii. Inilah alasanku, mengapa aqu selalu lebiih senang dgn perempuan bertubuh mungiil. Tubuh yg dapat memberiiku keniikmatan lebiih. (Tetapi kalo adanya yg tiinggii, ya nggak nolak, hehe..)

Ayunanku mulaii lebiih lancar dan beriirama. Keke sepertiinya sudah tak sakiit lgi. Atau barangkalii keniikmatan ini sudah mengalahkan rasa sakiitnya.

“Giimana Sayg, enak..?”

“Oouuh Har.., terusiin..! Lebiih keras.., lebiih cepat.. hegh.. ooh.. Har niikmat sekalii Sayg..!”

“Keke, nantii aqu semprotkan maniiku di dalam atau di luar..?”

“Terserah, apa pun yg membuat kiita niikmath hegh..!”

“Kalo nantii kamu hamiil giimana..?”

“Biiariin, biiariin, aauchh..!”

Kamii biicara sembari menggoyg badan kamii. Dgn refleknya Keke mengiimbangii setiiap sodokan dan goyganku. Kalo aqu cepat, dia pun mempercepat. Kalo aqu melambat, dia pun begiitu. Sembari menggoyangkan, kulumat biibiirnya, kusedot dan kugiigiit-giigiit kekel buah dadanya.

Saturday, 11 July 2020

CERITA DEWASA BERCINTA DENGAN CALON PENGANTIN BARU WANITA

Posted by DOMINO757 OFFICIAL on July 11, 2020 with No comments

SempakBERENDA - Kisah Nikmatnya Memperkosa Calon Pengantin Baru Aku pernah berbagi kisah dengan teman-teman pembaca semua, dan aku akan melakukan hal yang sama sekarang untuk yang kedua kalinya. Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 1999 di bulan November, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat.

Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Nina **** (edited). Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda.

CERITA DEWASA BERCINTA DENGAN CALON PENGANTIN BARU WANITA

Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.

“Aku pindah ke belakang ya..” kataku.

“Kenapa?”

“Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya”, kataku berpura-pura.
Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku.

“Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah”, katanya polos.
Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba..

“Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu”, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.

“Don.. apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.

“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih
kuat. Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.

“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..!”

“Ehh.. iiya.. iyahh..” jawabnya dengan sangat ketakutan.
Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.

“Bawa ke Pinang Inn.. cepat!” bentakku lagi.

Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani.

“Jangan mencoba membuat gerakan macam-macam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti?” ancamku lagi sambil berganti posisi.

Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah.

“Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup..” pesanku sesampainya di parkiran
Pinang Inn.
Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.

“Keluar..!”

Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.

“Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?”

“Don.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.

“Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar..”
Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menagis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Dada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. Kubuka pahanya.

“Jangann Don.. kumohon jangan..” pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli.“Hei.. Nin.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..?” ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena
aku menamparnya cukup keras.

“Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah..”, ejekku kesenangan.

Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya.

“Shh.. Don.. Donhh.. jangaann.. sshh..” Nina sampai terduduk.

Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita.. munafik.”

“Ayo.. Nin.. ayo..” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Nina tidak bertindak ceroboh.



 Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. Goyangan pinggulnya terasa sekali.

“Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..?” olokku.

“Don.. jangannhh.. janganh..” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya. Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidaksudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu.

“Nih.. aku kasih bonus.. silakan menikmati..” kataku sambil melanjutkan jilatanku.
Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.

“Oghh.. sshh..”

Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. “Sshh.. terrusshh..”
Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak.

“Donnhh.. Donhh..” Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma.

“Aduh.. Nin.. yang benar aja dong..” ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai
pundakku.

“Maaf.. maaf Donhh..”
Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami
berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.

“Don.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku..” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang.

“Kamu masih perawan nggak?” tanyaku ketus.“Iyah.. masih..”

“Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi..”

“Ah..” dia tercekat.

“Don.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Don.. kumohon Don..”

“Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang..” kataku cepat sambil mendekatinya lagi.

“Don.. jangan.. kumohon..”

“Diam!”

“Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu..” ancamku.

Nina terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.

“Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.

“Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini..” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik.

“Cuma itu?” tanyaku lagi.

Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang. Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.

“Ahh..” aku mengerang merasa nikmat sekali.
Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.

“Auhhgghh..”

“Jangan dilepas..” seruku tertahan.
Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap. Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya.

“Oghh.. Ahh..” Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya.

“Augghh.. Donhh.. enakkhh.. terusshh..” pintanya.
Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.


Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik-turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya.

“Ougghh.. Don.. enakkhh.. Donnhh.. ahh.. Donnhh..” serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu.

“Sekarang waktunya Nin.”
Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang kemaluannya.

“Jangann.. kumohon Donh.. jangan..” serunya tertatih sambil mencengkeram batang kemaluanku.

“Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku.”

“Oh ya? Kalau dari anus mau nggak?” tantangku.
Tapi sebenarnya aku tidak lagi perduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.

“Yah.. terserah kamu Don..”

“Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.

“Nih.. pegang.. masukin..” Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku.

“Don.. apa tidak ada cara lain?”

“Cara lain? Ada-ada saja kamu.. Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.

“Donn.. sakitt.. jangann..” rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun
tak peduli.

“Ayo.. dimasukin..” kali ini pisau kutekan lagi.
Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah.
Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang kemaluannya.

“Sulit.. sakitt.. Don.. ampunn.. Don..”

“Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu.

Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah.

“Augghh.. Ahh..” jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Aku kembali duduk menghadap selangkangannya. Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.

“Nin.. ludahin ke bawah.. yang banyak..” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu. Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.

“Ayo dicoba lagi..”
Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku.

“Ah.. Shh” Dan..,

“Oogghh.. aahh.. Shh..”
Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkeram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih.

“Donnhh.. aku benci.. kaamu..”
Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk.

“Brengsek.. Donhh.. baajingann.. kamu.. shh.. oghh”,

Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. “Shh.. shh.. Donhh.. Donhh..”

Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tagisnya meledak. “Donhh.. bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Don.. ahh.. uhh..” dia memukul dadaku keras sekali.

Baca Juga : Kisah Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur

Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya. Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat.

“Ahh.. ahh..” Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan.

“Nikmatnya memek perawan kamu Nin..” kataku tersenyum senang.
Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia. Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati.

“Kamu puas sekarang.. bukan begitu Don?” ejeknya di sela tangisnya.

Aku terdiam. Aku merasa menyesal. Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar. Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya.

“Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Don.. hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass..” katanya sambil mengangis
lagi.

Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai. Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya. Hitung-hitung balas budi. Hehehe..

Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan.

“Ahh.. Don.. hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt”, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya.

“Donn.. enakhh.. nikmathh..”

Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. “Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Don.. jangan.. berhenti”, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku. Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. “Uhh.. sshh”, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan.

“Donhh.. bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.
Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.

“Nin.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh”, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.

“Don.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat..”

“Silakan.. saajahh..”
Kami berdua berbicara tak karuan.

“Oughh.. aihh.. sshh”, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai.

“Donh.. kamu.. kamu..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Tiba-tiba.., “Donhh.. Donhh.. bajingan.. ah..” serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme. Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan,

“Oughh.. oughh.. oughh.. oughh..” tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat. Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.

“Rasakan nihh.. bajingan.. shh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi.

“Aduh..Nin..” pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku.

“Don.. Don..” dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.

“Nin.. ahshh..”

“Donhh..”

Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.


“Don.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”

“Hutang apa?” tanyaku. Dia tidak menjawab. Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama.

Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan T-shirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu.

“Ayo pulang..” ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu.

“Nin.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu”, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. Dia memandangku dengan gundah. Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam.

“Oke.. Nin.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi.”

Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi.

“Bye.. Nin..” Aku segera beranjak pergi.

Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat group-ku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya).


“Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku”, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam. Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.

Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya